Jakarta – Asian Agri, salah satu perusahaan kelapa sawit di Indonesia, menyatakan komitmen untuk menyertifikasi semua petani mitra dengan sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) atau Sertifikat Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia pada 2025.
Sustainability Manager Asian Agri Leonardo Yapardi mengatakan petani kelapa sawit memegang peranan yang penting dalam keberlanjutan perusahaan. “Oleh karena itu, kami memiliki komitmen untuk menyertifikasi semua petani mitra dengan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil di tahun 2025,” ujarnya Pttogel dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Hingga 2024, lanjutnya, perusahaan telah membantu 11 KUD memperoleh sertifikasi ISPO atau setara 49 persen dari target dan pihaknya terus mendorong KUD untuk memulai proses sertifikasi sesuai dengan kebijakan pemerintah tentang kewajiban ISPO di 2025.
Sementara itu, tambahnya, perusahaan juga telah melakukan pelatihan vokasi kepada lebih dari 1.700 orang, mendukung pembentukan UMKM di 54 desa dari total 159 desa di sekitar daerah operasional yang terletak di Sumatera Utara, Riau dan Jambi.
Leo menyatakan Asian Agri akan terus melakukan serangkaian program dan inisiatif dengan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait agar memastikan pencapaian target keberlanjutan di 2030.
“Kami optimis dapat mencapai seluruh target tersebut dalam lima tahun ke depan,” ujarnya. Sebelumnya, Director of Corporate Affairs RGE Palm Business Johan Kurniawan menegaskan komitmen keberlanjutan Asian Agri dan Apical selaras dengan pedoman Pembangunan Berkelanjutan PBB (UNSDGs).
Dikatakannya, nilai strategis komoditas kelapa sawit merupakan elemen kunci perekonomian nasional mulai dari kontribusi devisa hingga penyedia lapangan kerja. Keberadaan industri sawit merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kesejahteraan petani rakyat khususnya yang tergabung dalam program kemitraan dan intiplasma.
“Sebagai produsen dan pengolah minyak sawit, Asian Agri dan Apical beroperasi dengan mengedepankan prinsip berkelanjutan yang bertanggungjawab sehingga produk yang dihasilkan mendatangkan kebermanfaatan,” ujarnya.
Sebagai rangkaian menuju industri sawit berkelanjutan, dikatakannya, pada 2022 Asian Agri meluncurkan komitmen dan juga strategi jangka panjang yang berfokus pada empat pilar utama, yaitu Kemitraan Dengan Petani, Pertumbuhan Inklusif, Iklim Positif dan Produksi yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan.
“Setelah dua tahun berjalan, beberapa target pada Pilar Kemitraan dengan Petani dan Pilar Pertumbuhan Inklusif telah berkembang dengan sangat baik sesuai dengan yang diharapkan,” katanya.
Sementara itu, Sustainability Manager Apical Hendra Hosea mengatakan memasuki tahun ketiga, Apical 2030 mencatatkan beberapa kemajuan positif atas target-targetnya, dalam Pilar Kemajuan inklusif, telah menjangkau 12 desa di Aceh Singkil dan tiga desa di Kutai Timur dari target 30 desa untuk program Sustainable Living Villages (SLV) atau Desa Berkelanjutan.
Selain memberdayakan masyarakat, mengurangi kemiskinan, dan mendorong inklusi, tambahnya, SLV juga mendorong petani untuk memiliki pendapatan alternatif, seperti budidaya madu Trigona di Aceh Singkil dan budidaya kakao di Kutai Timur.
“Melalui program SLV, kami berkomitmen membantu petani swadaya dalam mewujudkan perkebunan sawit berkelanjutan,” katanya. Salah satunya, lanjut Hendra melalui pelatihan cara berkebun yang sesuai dengan prinsip berkelanjutan agar petani mendapatkan Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) dan akses fasilitas pengembangan dari pemerintah yang merupakan dasar menuju ISPO dan RSPO.
Kemajuan positif juga terlihat dari target dukungan kepada 5.000 petani swadaya untuk mendapatkan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada 2030.
Dalam mencapai target tersebut, diluncurkan program, SMILE (SMallholder Inclusion for better Livelihood & Empowerment) pada 2020, berfokus pada peningkatan produktivitas, peningkatan pendapatan, dan sertifikasi RSPO. Hingga kini SMILE telah melibatkan 3.489 petani swadaya yang mana 1.373 petani telah mencapai sertifikasi RSPO.