Kuala Lumpur – Konsensus antara Indonesia dan Malaysia untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Dan stabilitas keamanan ASEAN merupakan kontribusi bagi keamanan global. Kata Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Arif Hawas Oegroseno.
“Faktanya negara-negara ASEAN utama, Indonesia dan Malaysia misalnya, secara ekonomi sangat kuat, secara politik sangat stabil, dan keamanannya juga stabil. “Itu seperti berkontribusi pada keamanan global,” katanya dalam konferensi publik di sesi Global Madani. Interaksi yang diselenggarakan oleh Universitas Manajemen dan Sains (MSU) di Shah Alam, Selangor, Malaysia pada hari Rabu.
ASEAN, katanya, dengan menjaga ekonomi yang kuat dan menjaga stabilitas politik, benar-benar berkontribusi kepada dunia. Tanggung jawab kawasan terhadap masalah-masalah regional adalah untuk mendukung negara-negara di kawasan tersebut.
Oleh karena itu, katanya, penting untuk memperkuat hubungan Indonesia dan Malaysia di banyak bidang, termasuk dunia digital.
Era digital memiliki dua elemen, yaitu perangkat keras, dalam bentuk semikonduktor, dan perangkat lunak, yaitu program digital untuk perdagangan elektronik. Angkaraja
Malaysia, kata Havas, memiliki industri semikonduktor yang sangat kuat. ASEAN juga memiliki ekonomi digital yang kuat, saat ini bernilai sekitar $262 miliar, setara dengan Rp 4,2 kuadriliun.
Ekonomi digital ASEAN bernilai dua kali lipat ekspor Jerman ke China, yang jumlahnya sekitar $120 miliar. Ekspor mobil produk Jerman ke China.
Pada tahun 2030, katanya, ASEAN berharap dapat mencapai triliunan dolar melalui ekonomi digital, termasuk e-commerce, fintech, media, layanan, dan pengiriman makanan. Inilah yang membuat negara-negara Asia Tenggara kuat.
Dalam konteks perdagangan elektronik lintas batas, sistem pembayaran dapat dirancang agar lebih efisien. Menurut Havas, dengan Malaysia yang memimpin ASEAN, ada peluang untuk menerapkan Transaksi dalam mata uang masing-masing negara harus didorong, karena ini akan berdampak positif pada ekonomi regional.
Sementara itu, dalam pidato pembukaannya, Sekretaris Politik Senior Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Shamsul Iskandar menekankan bahwa konsensus antara Indonesia dan Malaysia harus bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, memperkuat rasa saling menghormati, dan membangun koordinasi strategis.
Konsensus ini juga harus untuk memastikan bahwa kedua negara dapat sepenuhnya memanfaatkan potensi digitalisasi ekonomi, inovasi teknologi, dan mekanisme keamanan regional.
Ia mengatakan transformasi digital membuka peluang besar bagi ekspansi ekonomi. Dari sektor fintech dan kecerdasan buatan (AI) hingga ekonomi digital dan teknologi hijau, ASEAN harus memastikan bahwa kerangka regulasi yang diterapkannya mampu mendukung pertumbuhan inklusif, menyediakan ruang bagi bisnis dan wirausahawan untuk berkembang. mengembangkan.
Platform e-commerce lintas batas seperti Shopee, Lazada, dan Tokopedia memainkan peran penting dalam mendorong integrasi ekonomi di ASEAN. Selain itu, perkembangan teknologi keuangan dan sistem pembayaran digital, seperti Touch’n’Go di Malaysia dan GoPay di Indonesia, memiliki potensi besar untuk menciptakan transaksi ekonomi yang lebih lancar di kawasan ini.
Ia mengatakan bahwa masa depan ASEAN bergantung pada kemampuan negara-negara anggotanya untuk beradaptasi, berinovasi dan bekerja sama.
Konsensus antara Indonesia dan Malaysia harus menjadi dasar kekuatan regional dan dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim memimpin ASEAN, ia mengatakan kedua negara harus berusaha untuk mencapai keadilan ekonomi, transformasi digital, dan stabilitas keamanan.
Konferensi publik, yang berlangsung di Teater Seni Pertunjukan Universitas Negeri Manajemen dan Sains (MSU), mempertemukan ratusan peserta dari berbagai latar belakang.
Mereka termasuk perwakilan asing di Malaysia, akademisi, mahasiswa, perwakilan komunitas mahasiswa dan warga negara Indonesia (WNI) di Malaysia, serta perwakilan badan usaha milik negara yang beroperasi di negara tersebut.