Mengubah Benang Menjadi Peluang: Mewujudkan SDGS 4 dan 8 Melalui Pelatihan Merajut Ibu-Ibu PKK RT 04 Kendalsari Kota Malang

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa per bulan Maret 2023, 25,9 juta (9,36%) masyarakat Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Pulau Jawa dengan populasi penduduk terbesar di Indonesia menjadi penyumbang terbesar dalam persentase ini. Di antara 6 provinsi yang ada, Jawa Timur menjadi daerah dengan konsentrasi penduduk pra-sejahtera terbanyak yang mencapai 4,18 juta jiwa.

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan salah satu gerakan yang dibentuk oleh pemerintah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Gerakan dimulai melalui unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Meskipun telah berdiri lebih dari 4 dekade dan berjuang mensejahterakan keluarga di Indonesia, data yang dihimpun oleh BPS masih menunjukkan adanya keluarga yang belum sejahtera.

Perempuan memiliki peran yang dominan dalam keluarga. Tidak hanya mengurus aktivitas rumah tangga, tetapi seringkali turut memastikan pemenuhan kebutuhan sandang, papan, pangan, kesehatan, dan pendidikan keluarganya sebagai wujud keluarga yang sejahtera. Oleh karenanya, pemberdayaan perempuan menjadi salah satu agenda yang penting dalam mewujudkan pertumbuhan keluarga sejahtera di Indonesia, salah satunya melalui pendidikan. Akses dan pendidikan yang berkualitas akan memberikan bekal yang cukup bagi perempuan untuk mengatasi tantangan dalam keluarganya, misalnya dalam hal finansial.

Sebagai lembaga Situs Angkaraja yang berkewajiban menyelenggarakan tri dharma, Perguruan Tinggi (PT) diharapkan dapat berkontribusi dalam membantu memecahkan persoalan di lingkungan sekitarnya melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat. Salah satunya yaitu mewujudkan pendidikan yang berkualitas (SDGS 4) dan pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi (SDGS 8) melalui pemberdayaan Ibu-ibu PKK yang tidak hanya bertujuan meningkatkan kesejahteraan keluarga namun juga pembangunan yang berkelanjutan (SDGS).

Kegiatan ini diwujudkan oleh tim pengabdian FEB UM yang diketuai oleh Ibu Helianti Utami, S.E., M.Si.,Ak Ph.D dengan Ibu Prof. Dr. Sri Pujiningsih, S.E., M.Si.,Ak sebagai anggota pengabdian dosen dan Bapak Ahmad Priyono, S.E. sebagai anggota pengabdian tenaga kependidikan serta Khosifa Sintari, Siti Faizatun Nisa’, dan Lurusati Putri Azzahra sebagai anggota pengabdian mahasiswa. Pengabdian dilaksanakan dengan memberikan pelatihan merajut, mulai dari pelatihan dasar sampai mahir kepada 25 peserta dari ibu-ibu PKK RT 4 Kendalsari dan panitia yang antusias sehingga mampu menghasilkan produk sendiri yang memiliki nilai komersial. Selain itu, tim pengabdian juga mendukung peserta dalam menggunakan media sosial sebagai sarana digital marketing produk-produknya.

Sosialisasi Angkaraja dan pelatihan dilaksanakan sebanyak tiga pertemuan dengan durasi waktu berkisar 3 jam bahkan lebih di setiap sesinya. Pertemuan pertama diselenggarakan pada Minggu, 21 Juli 2024 dengan materi pengenalan beragam perlengkapan, bahan, dan pola rajutan serta praktik pembuatan tali masker. Pertemuan dilanjutkan pada 28 Juli 2024 dengan hasil produknya yaitu dompet koin. Kemudian, pertemuan terakhir pada 4 Agustus 2024 dengan kegiatan pembuatan produk tas pesta dan mendorong peserta untuk dapat memasarkan produknya pada media sosial. Ketiga pertemuan ini diadakan di Kendalsari Desa Tulusrejo yang dipandu oleh Ibu Sinta Masitho Windriyani, S.Pd., M.Kes, seorang pendidik sekaligus pengusaha yang telah menjual hasil karya rajutannya secara online.

Selama sesi pelatihan, para peserta antusias untuk bertanya, berinteraksi dan saling membantu. Terlebih beberapa peserta telah memiliki dasar pengetahuan merajut sebelumnya. Para peserta mengapresiasi adanya kegiatan pengabdian ini. Bagi peserta yang baru belajar, mereka merasa terbantu karena mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam merajut, sedangkan bagi peserta yang sebelumnya telah memiliki dasar merajut merasa senang mendapatkan materi baru seperti penggunaan benang jumbo dalam membuat tas pesta hanya menggunakan jari tangan saja (tanpa alat). Selain itu, peserta juga antusias karena dapat membawa pulang seluruh hasil produk yang dihasilkan dalam pengabdian ini.

By admin

Related Post